fahriahmadsafar.blogspot.com

info lomba sholawat albanjari, bisa temen2 update disni, tak tunggu ... .

fahriahmadsafar.blogspot.com

info lomba sholawat albanjari, bisa temen2 update disni, tak tunggu ... .

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

fahrielbanjari.blogspot.com/

KOSONG.

fahrielbanjari.blogspot.co

KOSONG.

Minggu, 31 Oktober 2010

AL-MATURIDI, DAN PEMIKIRANNYA

PENDAHULUAN
Abu Muhammad Ibn Muhammad Ibn Mahmud al-Maturidi lahir di Samarkand pada pertengahan ke dua dari abad ke sembilan Masehi dan meninggal di tahun 944 Masehi. Ia adalah pengikut Abu Hanifah dan faham-faham teologinya banyak persamaannya dengan faham-faham yang dimajukan Abu Hanifah. Sistem pemikiran teologi yang ditimbulkan Abu Mansur termasuk dalam golongan teologi Ahli Sunnah dan dikenal dengan nama al-Maturidiyah.1

Literatur mengenai ajaran-ajaran Abu Mansur dan aliran Maturidiyah tidak sebanyak literatur mengenai ajaran-ajaran Asy’ariyah. Buku-buku yang banyak membahas soal sekte-sekte sperti buku-buku al-Syahrastani, Ibnu Hazm, al Bagdadi dan lain-lain tidak memuat keterangan-keterangan tentang al-Maturidi atau pengikut-pengikutnya. Karangan-karangan al-maturidi sendiri masih belum dan tetap dalam bentuk Mahtutat.

Diantara Mahtutat itu adalah Kitab al Tauhid dan Kitab Ta’wil al-Qur’an. Seterusnya ada pula yang karangan-karangan yang dikatakan disusun oleh al-maturidi yaitu Risalah fi al-’Aqa’id dan Syarh al-Fiqh al-Akbar. Keterangan-keterangan mengenai pendapat-pendapat al Maturidi dapat diperoleh lebih lanjut dari buku-buku yang dikarang oleh pengikut-pengikutnya seperti Isyarat al-Maram oleh al-Bayadi dan Usul al-Din oleh al-Bazdawi.

B. AL-MATURIDIYAH, dan PEMIKIRANNYA
Sebagai pengikut Abu Hanifah yang banyak memakai rasio dalam pandangan keagamaannya, al-Maturidi banyak pula memakai akal dalam teologinya. Oleh karena itu diantara teologinya dan teologi yang ditimbulkan oleh al-Asy’ari terdapat perbedaan, sungguhpun keduanya timbul sebagai reaksi terhadap aliran Mu’tazilah.

Dalam soal sifat-sifat Tuhan terdapat persamaan antar al-Asy’ari dan al-Maturidi. Baginya Tuhan juga mempunyai sifat-sifat.2 Maka menurut pendapatnya, Tuhan mengetahui bukan dengan dzatnya, tetapi mengetahui dengan pengetahuan Nya, dan berkuasa bukan dengan dzat-Nya.3

Tetapi dalam soal perbuatan-perbuatan manusia, al-Maturidi sependapat dengan golongan Mu’tazilah, bahwa manusialah sebenarnya yang mewujudkan perbuatan-perbuatannya.4 Dengan demikian ia mempunyai paham qadariyah dan bukan faham jabariyah atau kasb Asy’ari.

Sama dengan al-Asy’ari, al-Maturidi menolak ajaran Mu’tazilah tentang al-salah wa al-aslah, tetapi disamping itu al-Maturidi berpendapat bahwa Tuhan mempunyai kewajiban-kewajiban tertentu.5 Al-Maturidi juga tidak sepaham dengan Mu’tazilah tentang al-Qur’an yang menimbulkan heboh itu. Sebagi al-Asy’ari ia mengatakan bahwa kalam atau sabda Tuhan tidak diciptakan tetapi bersifat qadim.

Mengenai soal dosa besar Al-Maturidi sefaham dengan al-Asy’ari yaitu: bahwa orang yang berdosa besar masih tetap mukmin, dan soal dosa besarnya akan ditentukan Tuhan kelak di akhirat. Ia pun menolak faham posisi menengah kaum mu’tazilah.

Tatapi soal al-wa’ad wa al-wa’id Al-Maturidi sefaham dengan Mu’tazilah. Janji-janji dan ancaman-ancamanTuhan, tak boleh tidak mesti terjadi kelak. Dan juga dalam soal anthropomorphisme6 Al-Maturidi sealiran dengan Mu’tazilah. Ia tidak sependapat dengan al-Asy’ari bahwa ayat-ayat yang menggambarkan Tuhan mempunyai bentuk jasmani tak dapat diberi interpretasi atau ta’wil. Menurut pendapatnya tangan, wajah dan sebagainya mesti diberi arti majazi atau kiasan.

Salah satu pengikut penting Al-Maturidi ialah Abu al-Yusr Muhammad al-Bazdawi (421-493 H), nenek al-Bazdawi adalah murid Al-Maturidi, dan al-Bazdawi mengetahui ajaran-ajaran Al-Maturidi dari orang tuanya. al-Bazdawi sendiri mempunyai murid-nurid dan salah seorang dari mereka ialah Najm al-Din Muhammad al-Nasafi (460-537 H), pengarang buku al-’Aqa’idal Nasafiah.

Seperti al-Baqillani dan al-Juwaini, al-Bazdawi tidak pula selamanya sefaham dengan al-Maturidi. Antara ke dua pemuka aliran Maturidiah ini, terdapat perbedaan faham sehingga boleh dikatakan bahwa dalam aliran Maturidiyah terdapat dua golongan; golongan Samarkand yaitu pengikut-pengikut al-Maturidi sendiri, dan golongan Bukhara yaitu pengikut-pengikut al-Bazdawi. Kalau golongan Samarkand mempunyai faham-faham yang lebih dekat kepada faham Mu’tazilah, sedangkan golongan Bukhara mempunyai pendapat-pendapat yang lebih dekat kepada pendapat-pendapat al-Asy’ari.

Al-Maturidi, bertentangan dengan pendirian Asy’ariyah tetapi sefaham dengan Mu’tazilah, juga berpendapat bahwa akal dapat mengetahui kewajiban manusia berterimakasih kepada Tuhan. Hal ini dapat diketahui dari keterangan al-Bazdawi berikut;

“Percaya kepada Tuhan dan berterima kasih kepada-Nya sebelum adanya wahyu adalah wajib dalam faham Mu’tazilah…al-Syaikh Abu Mansur al-Maturidi dalam hal ini sefaham dengan Mu’tazilah, demikian jugalah umumnya ulama Samarkand dan sebagian dari alim-ulama Irak”.7

Keterangan ini diperkuat oleh Abu ‘Uzbah:
“Dalam pendapat Mu’tazilah orang yang berakal, muda-tua, tak dapat diberi maaf dalam soal mencari kebenaran. Dengan demikian, anak yang telah berakal mempunyai kewajiban percaya kepada Tuhan. Jika ia sekiranya mati tanpa percaya pada Tuhan, ia mesti diberi hukum. Dalam Maturidiah anak yang belum baligh tidak mempunyai kewajiban apa-apa. Tetapi al-Maturidi berpendapat bahwa anak yang telah berakal berkewajiban mengetahui Tuhan. Dalam hal ini tak terdapat perbedaan antara al-Maturidiah dan Mu’tazilah”.8

Kalau uraian al-Bazdawi, Abu ‘Uzbah dan lain-lain memberi keterangan yang jelas tentang pendapat al-Maturidi mengenai soal mengetahui Tuhan dan kewajiban berterima kasih kepada Tuhan, keterangan yang demikian tidak dijumpai dalam soal baik dan buruk. Al-Bazdawi umpamanya, mengatakan bahwa akal tidak dapat mengetahui kewajiban mengerjakan baik dan menjauhi yang buruk, karena akal hanya dapat mengetahui baik dan buruk saja, sebenarnya Tuhan-lah yang menentukan kewajiban mengenai baik dan buruk.9 Tetapi al-Bazdawi tidak menjelaskan apakah pendapat itu juga merupakan pendapat al-Maturidi.

Bagi kaum Mu’tazilah dan kaum Maturidiah, perintah dan larangan Tuhan erat hubungannya dengan sifat dasar (nature) perbuatan yang bersangkutan, dengan perkataan lain upah dan hukuman bergantung pada sifat yang terdapat dalam perbuatan itu sendiri.1

Akal kata al-Maturidi, mengetahui sifat baik yang terdapat dalam yang baik dan sifat yang buruk yang terdapat dalam yang buruk, dengan demikian akal juga tahu bahwa berbuat baik adalah baik dan berbuat buruk adalah buruk, dan pengetahuan inilah yang memestikan adanya perintah dan larangan. Akal, kata al-Maturidi selanjutnya, mengetahui bahwa bersikap adil dan lurus adalah baik dan bahwa bersikap sebaliknya adalah buruk. Oleh karena itu akal memandang mulia orang yang adil serta lurus dan memandang rendah sikap sebaliknya. Akal selanjutnya memerintah manusia mengerjakan perbuatan-perbuatan yang akan mempertinggi kemuliaan dan melarang manusia mengerjakan perbuatan yang merendahkan. Perintah dan larangan dengan demikian, menjadi wajib dengan kemestian akal (fayajib al-amr wa al-nahy bidarurah al-’aql).

Jelaslah bahwa dalam pendapat al-Maturidi, akal dapat mengetahui baik dan buruk. Tetapi yang menjadi pertanyaan apakah akal bagi al-Maturidi dapat mengetahui kewajiban berbuat baik dan menjauhi kejahatan. Uraian di atas tidak memberi pengertian bahwa akal dapat mengetahui hal itu. Yang diwajibkan akal, menurut uraian itu, ialah adanya perintah dan larangan, dan bukan mengerjakan yang baik dan menjauhi yang buruk. Akal tak dapat mengetahui kewajiban itu. Sekiranya dapat maka keterangan al-Maturidi di atas seharusnya berbunyi fayajib i’tinaq al-hasan wa ijtinab al-qabih bidarurah al-’aql. Yang dapat diketahui akal hanyalah sebab waibnya perintah dan larangan Tuhan.

Pendapat al-Maturidi di atas diterima oleh para pengikutnya di Samarkand. Adapun pengikutnya di Bukhara (al-Bazdawiyah), mereka mempunyai faham yang berlainan sedikit. Perbedaan faham antara golongan Samarkand dan Bukhara berkisar sekitar persoalan kewajiban mengenai Tuhan.

Seperti dilihat sebelumnya, adanya perbedaan faham antara Samarkand dan Bukhara, bahwa al-Maturidi sefaham dengan Mu’tazilah, yang berpendapat bahwa matangnya akallah yang menentukan kewajiban mengetahui Tuhan bagi anak, dan bukan tercapainya umur dewasa oleh anak itu. Golongan Bukhara tidak mempunyai faham demikian. Dalam faham mereka akal tidak mampu untuk menentukan kewajiban, akal hanya mampu untuk mengetahui sebanya kewajiban. Akal bagi mereka adalah alat untuk mengetahui kewajiban dan menentukan kewajiban (al-mujib) ialah Tuhan.11

Dengan demikian akal menurut faham golongan Bukhara tidak dapat mengetahui kewajiban-kewajiban dan hanya dapat mengetahui sebab-sebab yang membuat kewajiban-kewajiban menjadi kewajiban. Akibat dari pendapat demikian ialah bahwa mengetahui Tuhan dalam arti berterimakasih kepada Tuhan, sebelum turunnya wahyu tidaklah wajib bagi manusia. Dan ini memang merupakan pendapat golongan Bukhara. Alim ulama Bukhara berpendapat, sebelum adanya Rasul-rasul, percaya kepada Tuhan tidaklah diwajibkan dan tidak percaya kepada Tuhan bukanlah merupakan dosa.12

Dalam memberikan komentar terhadap QS. Thaha, 20:134, al-Bazdawi mengatakan bahwa menurut ayat ini kewajiban-kewajiban tidak ada sebelum pengiriman rasul-rasul dan dengan demikian percaya kepada Tuhan sebelum turunnya wahyu tidaklah wajib. Kewajiban-kewajiban itu ditentukan hanya oleh Tuhan dan ketentuan-ketentuan Tuhan itu tidak dapat diketahui kecuali melalui wahyu.13
Bagi al-Bazdawiah bahwa akal tak dapat mengetahui kewajiban berterimakasih kepada Tuhan. Begitu juga akal tidak merupakan mujib, yaitu yang menentukan kewajiban-kewajiban bagi manusia, yang menjadi mujib dalam fahamnya hanyalah Tuhan.

Sebaliknya Maturidiyah Samarkand mengadakan per-bedaan antara sifat terpujinya mengetahui Tuhan dan ber-terima kasih kepada-Nya atas nikmat yang dianugerahkan-Nya dan sifat terpujinya perbuatan menjauhi kejahatan. Argumen yang dipakai untuk mengadakan perbedaan ini mungkin sekali seperti berikut ini. Dalam hidup sehari-hari akal dapat mengetahui keharusan berterimakasih kepada pemberi nikmat. Tuhan adalah pemberi nikmat terbesar. Untuk dapat berterimakasih kepada-Nya orang harus mengetahui Tuhan (dari sinilah timbulnya faham kewajiban mengetahui Tuhan).

Dalam hal baik dan buruk tak terdapat unsur penerima nikmat dan pemberi nikmat. Dengan demikian akal dalam hal ini tak mempunyai petunjuk yang kuat untuk mengetahui tentang kewajiban melaksanakan pengetahuan tentang baik dan buruk. Inilah mungkin sebabnya maka akal, dalam pendapat Maturidiyah Samarkand, hanya bisa sampai kepada tingkat dapat memahami perintah-perintah dan larangan-larangan Tuhan mengenai baik dan buruk dan tidak pada kewajiban berbuat baik dan menjauhi kejahatan.

C. PENUTUP
Dari uraian di atas kiranya dapat disimpulkan seperti berikut;
1. Dalam aliran al-Maturidiah terdapat dua golongan, yaitu golongan Samarkand (pengikut al-Maturidi) dan golongan Bukhara (pengikut al-Bazdawi). Kalau golongan Samarkand lebih dekat kepada faham Mu’tazilah sedangkan golongan Bukhara lebih dekat dengan faham al-Asy’ari.
2. Perbedaan faham antara al-Maturidiah dan al-Bazdawiyah berkisar pada masalah kewajiban mengenai Tuhan. Menurut al-Maturidi bahwa mengetahui Tuhan wajib menurut akal (bi’uqulihim) walaupun pemberitaan dari Rasul tak ada. Dalam faham al-Bazdawiyah berpendapat bahwa akal tidak mampu untuk menentukan kewajiban, akal hanya mampu untuk mengetahui sebabnya kewajiban.


CATATAN:
1. Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta: UI Press, 1986, hlm. 76.
2. Abu Yusuf Muhammad al-Bazdawi, Kitab Usul al-Din, Ed. Dr. Hans Peter Linss, Kairo: ‘Isa al-Babi al-Halabi, 1963, hlm. 34.
3. Al-Maturidi, Kitab Syarh al-Akbar, Hyderabad: Dar’irah al-Ma’arif al-Nizamiah, 1321 H, hlm. 22.
4. Ibid, hlm. 11.
5. Ibid, hlm. 122.
6. Antropomorphisme adalah paham jisim pada Tuhan, lihat Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999, hlm. 223.
7. Al-Bazdawi, op.cit, hlm. 207.
8. Abu ‘Uzbah, Al-Rawdah al-Bahiah fima bayn al-Asy’ariyah wa al-Maturidiah, Hyderabad, 1322 H., hlm. 37.
9. Al-Bazdawi, op.cit., hlm. 92.
10. Muhammad Abduh, “Hashiyah ‘ala al-Aqa’id al-’Adudiah”, Ed. Sulayman Dunya dalam Al-Shaykh Muhammad Abduh bayn al-Falasifah wa al-Kalamiyin, Kairo: ‘Isa al-Babi al-Halabi, 1958, hlm.565.
11. Kamal al-Din Ahmad al-Bayadi, Isyarat al-Maram min ‘Ibarat al-Imam, Ed. Yusuf Muhammad ‘Abd al-Razzaq, Kairo: Mustafa al-babi al-Halabi wa Awladuh, 1949, hlm. 75.
12. Abu ‘Uzbah, op.cit., hlm. 38.
13. Al-Bazdawi, op.cit., hlm. 209.




DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abduh, Muhammad, “Hashiyah ‘ala al-Aqa’id al-’Adudiah”, Ed. Sulayman Dunya dalam Al-Shaykh Muhammad Abduh bayn al-Falasifah wa al-Kalamiyin, Kairo: ‘Isa al-Babi al-Halabi, 1958.
Al-Bayadi, Kamal al-Din Ahmad, Isyarat al-Maram min ‘Ibarat al-Imam, Ed. Yusuf Muhammad ‘Abd al-Razzaq, Kairo: Mustafa al-babi al-Halabi wa Awladuh, 1949.
Al-Bazdawi, Abu Yusuf Muhammad, Kitab Usul al-Din, Ed. Dr. Hans Peter Linss, Kairo: ‘Isa al-Babi al-Halabi, 1963.
Al-Maturidi, Kitab Syarh al-Akbar, Hyderabad: Dar’irah al-Ma’arif al-Nizamiah, 1321 H.
Nasution, Harun, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta: UI Press, 1986.
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999.
‘Uzbah, Abu, Al-Rawdah al-Bahiah fima bayn al-Asy’ariyah wa al-Maturidiah, Hyderabad, 1322 H.

Sabtu, 30 Oktober 2010

cara memasang status facebook di blog

emm,,,ternyata hanya semudah membalik tangan!!!
kalo temen-temen ratu pengen pasang update facebook temen-temen di blog. cuma tinggal beberapa klik, sudah terpasang. langsung aja yawh...gini

1. Login ke akun Facebook
2. Pilih menu tab Profil
3. kalo lebih mudahnya. ganti bahasanya dulu dengan bahasa ingris
4. Klik link "Create a Profile Badge"/lencana profile (sebelah kiri paling bawah, dibawah daftar teman/friends)
Nah silahkan copy paste kode javascript yang disediakan, dibawah tulisan "Copy and paste the following HTML into your webpage:"

Oia, kita juga bisa melakukan pengeditan terhadap badge kita. Maksudnya adalah kita diberikan opsi apa saja yang ingin ditampilkan di badge Facebook kita. Caranya silahkan klik "Edit this badge". Ada banyak sekali bagian atau opsi yang bisa kita tampilkan ke dalam lencana/badge Facebook kita, silahkan klik "Add Item" untuk melakukan penambahan item yang ingin ditampilkan. Selain itu layout badge juga bisa kita pilih antara horisontal dan vertikal, sebagai contoh badge Facebook saya yang terletak di blog ini adalah layout vertikal.

Jika sudah selesai melakukan pengeditan badge Facebook, jangan lupa klik "Save". Dan silahkan diambil kode javascript badge Facebook yang telah Anda buat.

Tips Update Status Facebook Dari Blog

Bisakah kita mengupdate status facebook lewat blog? Bagi para facebooker yang tak memiliki blog atau website mungkin akan menganggap hal ini sesuatu yang kurang menarik. Namun bagi seorang blogger, ada rasa ingin tahu yang besar menciba melakukan update status via blog/website.
Tetapi bagaimana caranya?
Wokey, langsung saja ikuti langkah-langkah seperti di bawah ini :

1. Login ke akun facebook anda.
2. Selanjutnya silahkan ketikkan http://www.facebook.com/developers/ pada address bar browser.
3. Saat halaman sudah muncul, Lalu pilih Button atau Menu “Atur Aplikasi Baru”. Setelah itu isi nama aplikasi yang anda inginkan dalam kasus ini misalnya “KonekBlog”. Jika nama aplikasi sudah dibuat, lalu pilih Option “Setuju” sebelum menekan tombol “Create Aplication”.
4. Selanjutnya isi forum yang ada seperlunya saja, misalnya menambahkan icon. Jika sudah selesai mengisi, silahkan pilih menu “Back to My Applications”>klik Uji Konsol (API,FBML,Feed). Atau jika ingin langsung > buka link http://developers.facebook.com/tools.php?connect_wizard
5. Kemudian pilih tab “facebook Connect Playground”. Pada menu “Kode dan Penerbitan” > pilih “Penerbitan ke facebook”.
6. Dalam Jendela berikutnya anda diminta untuk mengcopy kode yang diberika di halaman blog anda (Dibawah tag . Tentunya anda harus mengedit file home.php dan menyalin kode yang diberikan dibawah tag . Sesudah itu maka setiap kali akan menuliskan status facebook anda, bisa dilakukan lewat blog anda.

Anda bisa mencoba apakah aplikasi yang dibuat berhasil atau tidak, dengan mengisi text area yang telah disiapkan pada popup setelah anda menekan tombol Preview Dialog. Setelah menekan tombol “Publish”, coba anda lihat pada halaman profil anda.
Mudah bukan? GoOd luck…. Selamat Mencoba….

Jumat, 29 Oktober 2010

BAB HADATS

BAB HADATS

A. Pengertian Hadats
Hadats menurut arti bahasa adalah sesuatu yang baru, sedangkan hadats menurut arti syara’ adalah nama sesuatu yang berada pada anggota tubuh yang bisa mencegah keabsahan ibadah sholat sekiranya syara’ tidak memberikan toleransi.

B. Pembagian Hadats
Hadats di bagi menjadi dua, yaitu hadats kecil dan hadats besar

C. Sebab-Sebab Hadats
1. Karena keluarnya sesuatu selain mani baik dari dubur atau qubul baik berupa hal-hal yang biasa keluar atau tidak, seperti; air kencing, tahi, madzi, wadli, darah, batu kecil, ulat atau belatung.
”Atau (jika) salah satu di antara kalian keluar dari tempat buang air.”
2. Hilangnya akal disebabkan tidur dengan posisi duduk tanpa menetapkan pantat atau karena mabuk, gila, epilepsi, pingsan dan lain-lain.3
3. Bersentuhan kulit antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom dengan tanpa penghalang pada usia yang pada umumnya bisa menimbulkan syahwat.
4. Menyentuh kemaluan dan lubang dubur baik milik sendiri atau orang lain dengan telapak tangan bagian dalam tanpa penghalang. Baik menyentuh kemaluan orang hidup atau mati, besar atau kecil, laki-laki atau perempuan.
D. Hal-hal yang Diharamkan Bagi Orang yang Hadats:
1. Sholat
2. Thowaf
3. Menyentuh mushaf
4. Membawa mushaf
5. Menyentuh sampul mushaf selama sambung dengan mushaf
6. Menyentuh tempat mushaf selama didalamnya
7. Menyentuh sesuatu di dalamnya terdapat tulisan Al-Qur’an yang tujuannya untuk dipelajari.5

Hadats di atas biasa disebut dengan hadats kecil dan hadats tersebut menyebabkan batalnya wudlu dan menyebabkan wajibnya wudlu’
Iantara sebab-sebab hadats yang lain selain tersebut di atas, yang biasa disebut dengan hadats besar yang mewajibkan mandi ialah:
1. Masuknya khasafah pada kelamin perempuan/ bertemunya dua alat kelamin laki-laki dan perempuan.
2. Keluarnya air mani walaupun hanya sedikit, karena bermimpi atau yang lainnya.
3. Keluarnya darah haid
4. Keluarnya darah nifas
5. Melahirkan
6. Mati.
Apabila seorang dalam keadaan salah satu hadats di atas, untuk mensucikan harus dengan mandi besar.
Hal-hal yang diharamkan bagi orang junub:
1. Sholat
2. Thowaf
3. Menyentuh mushaf
4. Membawa mushaf
5. Beriam diri di masjid
6. Membaca Qur’an
Adapun orang yang haid juga diharamkan:
1. Sholat
2. Thowaf
3. Menyentuh mushaf
4. Membaw mushaf
5. Beriam diri di masjid
6. Membaca Qur’an
7. Berpuasa
8. Thalaq
9. Melewati masji apabila takut darahnya menetes
10. Mengambil kenikmatan pada anggota antara pusat dan lutut.

BAB SIWAK

BAB SIWAK

I. Arti Siwak
Siwak itu mempunyai dua arti :
1. Arti suatu pekerjaan
2. Sesuatu yang digunakan untuk bersiwak seperti kayu dan lain-lain.1

II. Hukum Bersiwak
Hukum bersiwak adalah sunnah dalam setiap keadaan, kecuali bagi orang yang berpuasa ketika tergelincirnnya matahari, maka berhukum makruh, kemakruhan tersebut hilang ketika terbenamnya matahari, akan tetapi imam Nawawi berpendapat tidak adanya kemakruhan secara mutlak.

III. Dalil Menerangkan Tentang Bersiwak


“Mengerjakan dua rakaat sholat dengan bersiwak itu lebih baik, dari pada tujuh puluh roka’at tanpa bersiwak.”




“Andaikan saja Aku tidak khawatir memberatkan umatku, pastilah mereka Aku perintahkan bersiwak setiap hendak melakukan sholat.”

IV. Waktu Bersiwak
Dalam setiap keadaan bersiwak berhukum sunnah bahkan sunnah muakkad ketika:
1. Berubahnya bau mulut karena iam terlalu lama atau karena setelah memakan sesuatu yang mempunyai bau tak sedap seperti bawang merah/putih, petai, jengkol dan lain-lain.
2. Ketika hendak melaksanakan sholat.
3. Ketika bangun tidur
4. Begitu juga berhukum sunnah muakkad selain ketiga waktu di atas, yaitu ketika :
1. Akan tidur 10. Berkumpul dengan teman
2. Wudlu 11. Berkumpul dengan istri
3. Membaca Al-Qur’an 12. Haus
4. Membaca Hadist 13. Sekarat mati
5. Mempelajari Ilmu 14. Waktu makan sahur
6. Dzikir 15. Akan makan
7. Masuk Ka’bah 16. Setelah sholat witir
8. Masuk Rumah 17. Akan bepergian
9. Berkumpul suami 18. Datang dari bepergian.

V. Alat Yang Digunakan untuk Bersiwak
Setiap sesuatu yang kasar dan bisa menghilangkan kotoran gigi boleh digunakan untuk bersiwak, walaupun berupa kain, sikat gigi dan lain-lain, bahkan dengan menggunakan jari orang lain yang kasarpun boleh digunakan, dengan catatan mendapat izin dari orang tersebut. Tetapi yang paling utama adalah menggunakan kayu arok.

VI. Niat Bersiwak
Seseorang yang mau bersiwak, hendaknya ia berniat untuk melaksanakan kesunatan. Melakukan niat tersebut, apabila bersiwak dilakuhkan di luar serangkaian ibadah, seperti; bangun tidur dan lain-lain. Sedangkan bila bersiwak di dalam serangkaian ibadah maka mendapatkan kesunatan karena niat untuk ibadah itu sendiri sudah mengandung (mewakili) niat bersiwak. Begitu pula saat akan gosok gigi, hendaknya ia niat bersiwak karena dengan niat tersebut seseorang akan mendapatkan pahala kesunatan. Adapun niatnya sebagai berikut:

“Aku niat melakukan kesunatan bersiwak karena Alloh Ta’ala.”

VII. Tata Cara Bersiwak
Hendaklah memegang siwak dengan tangan kanan dan disunnahkan meletakkan jari kelingking di bawah siwak, adapun jari manis, jari tengah, dan jari telunjuk berada di atas siwak serta ibu jari diletakkan di bawah kepala siwak kemudian memulainya dari setengah mulut bagian kanan, dilanjutkan setengah mulut bagian kiri baik bagian dalam maupun luar sampai pada gigi geraham dengan arah memanjang ataupun melebar, kemudian pada gigi yang belum tergosok dan lidah dengan arah memanjang, diteruskan dengan menggerakkan siwak pada langit-langit tenggorokan kemudian meletakkan siwak di belakang telinga kiri setelah memakainya.
Catatan: Para ulama menghukumi sunnah, pada permulaan bersiwak berdo’a.

Berhukum makruh menggunakan siwak yang panjangnya melebihi satu jengkal.

VIII. Faedah-Faedah Bersiwak
1. Membersihkan mulut
2. Memutihkan gigi
3. Mengharumkan bau mulut
4. Menguatkan gusi
5. Membersihkan tenggorokan
6. Menambah kefasihan bicara
7. Menambah kecerdasan
8. Menghilangkan basah-basah di mulut ketika akan mati.
9. Menajamkan penglihatan
10. Menegakkan punggung
11. Melipatgandakan pahala
12. Mendapatkan ridho Alloh
13. Ditakuti musuh
14. Dijauhi syaitan
15. Mengingatkan membaca Syahadat

keajaiban lalat dalam sains dan islam

Semua pasti tahu, apa itu lalat! Ya, ia seekor makhluk Allah subhanahu wata’aala yang dikenal suka hinggap di tempat-tempat yang jorok dan banyak membawa penyakit/kuman. Sekalipun begitu, ia ada disebutkan di dalam al-Qur`an dan juga hadits nabawi. Lantas, apa keistimewaannya, sehingga Allah subhanahu wata’aala menyebut dan menyinggungnya? Adakah hikmah di balik itu? Bagaimana kedudukannya di dalam hadits nabi shallallahu ‘alahi wasallam? Adakah pernyataan ilmiah yang menunjukkan keistimewaannya? Melalui halaman yang singkat ini, Insya Allah subhanahu wata’aala kita akan menyinggung secara ringkas tema-tema tersebut.
A. Lalat dalam Al Qur’an
Lalat yang di dalam bahasa Arabnya, “adz-Dzubab” disinggung dalam satu ayat, yaitu ayat 73, surah al-Hajj. Allah subhanahu wata’aala berfirman :

“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun. Walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.”
Dalam ayat ini terdapat seruan agar bertauhid kepada Allah subhanahu wata’aala dan kecaman terhadap kesyirikan dan orang-orang Musyrik. Sebagaimana dinyatakan Ibn Katsir rahimahullah dalam ayat ini Allah subhanahu wata’aala mengingatkan betapa hina-dinanya berhala-berhala itu dan betapa piciknya akal para penyembahnya.
Apa yang disembah orang-orang jahil dan musyrik itu diberi perumpamaan dengan sesuatu yang hina, yaitu seekor lalat. Bahwa sekalipun semua sesembahan mereka yang berupa berhala-berhala dan patung-patung itu berkumpul untuk menciptakan seekor lalat saja, benda-benda mati itu tidak akan pernah mampu melakukannya. Padahal apalah arti seekor lalat; makhluk yang sangat hina dan jorok. Bahkan, jangankan menciptakan, bila ada seekor lalat merampas sesuatu dari tubuhnya, berhala-berhala itu tak mampu untuk melindungi diri sendiri. Jadi alangkah lemah dan hinanya berhala-berhala itu, bilamana seekor lalat yang dikenal lemah dan jorok justeru lebih kuat darinya. Karena itu, keduanya sama-sama lemah, baik lalat maupun berhala-berhala itu.
Syaikh Abu Bakar al-Jaza`iri mengatakan, “Dibuatnya permisalan dengan seekor lalat itu merupakan sesuatu yang baik dalam bahasa Arab, karena dapat lebih mendekatkan kepada pemahaman.”
Allah subhanahu wata’aala menyebutkan sesuatu di dalam al-Qur`an bukan asal sebut. Pasti ada nilai lebih dari apa yang disebutkan itu. Contohnya, Allah subhanahu wata’aala banyak bersumpah dengan makhluk ciptaan-Nya seperti matahari, waktu Dhuha, dan seterusnya. Itu semua karena apa yang dijadikan objek sumpah itu memiliki nilai lebih di sisi Allah subhanahu wata’aala. Dan terbukti secara ilmiah kemanfaatannya bagi alam semesta ini, tak terkecuali penyebutan seekor lalat.
B. Lalat di Dalam Hadits Nabi shallallahu ‘alahi wasallam
Bilamana di dalam al-Qur`an hanya disebutkan dalam satu ayat saja, maka di dalam hadits nabi shallallahu ‘alahi wasallam penyebutannya lebih banyak. Salah satunya, terkait dengan adanya ‘dualisme’ dalam diri lalat itu. Artinya, di satu sisi pada dirinya itu terdapat racun, namun di sisi yang lain justru sebagai penawarnya alias pada kedua sayapnya.
Di antara hadits-hadits itu adalah sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Jika lalat terjatuh di minuman salah seorang di antara kamu, maka benamkanlah ia, kemudian lepaskanlah (buanglah), karena pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap yang lainnya terdapat obat (penawar).” (HR. al-Bukhari)
Hadits mengenai hal ini cukup banyak dan dipaparkan dengan redaksi yang hampir mirip. Sepintas, hadits ini bagi kelompok yang berlebihan dalam mengkultuskan akal, seperti kelompok Mu’tazilah dan para Orientalis, hadits ini dianggap irrasional (tidak masuk akal). Sebab menurut akal mereka, bagaimana mungkin dapat diterima kenyataan bahwa lalat yang menjijikkan itu memiliki penyakit (racun) sekaligus obat (penawar). Apalagi bila ia terjatuh pada minuman, maka harus dibenamkan semua badannya agar minuman tersebut dapat dikonsumsi lagi dan tidak membahayakan. Sungguh menjijikkan. !!
Tetapi realitasnya, hadits tersebut dari sisi kualitasnya adalah hadits yang shahih. Karena itu, tidak ada tempat dan alasan untuk menolaknya, sebab yang mengucapkannya adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam yang tidak mengatakan sesuatu kecuali berdasarkan wahyu Allah subhanahu wata’aala (QS. an-Najm:3).
Bagi orang beriman, bilamana telah terbukti secara valid dan kuat keshahihan kualitas suatu hadits, maka terlebih dulu ia harus meyakini kebenarannya, terlepas apakah ada hikmah di balik itu ataukah tidak! Hadits ini termasuk mukjizat Nabi shallallahu ‘alahi wasallam dari sisi ilmiah.
C. Pernyataan Ilmiah Tentang Lalat
Keajaiban proses terbang lalat
Cara terbang lalat merupakan suatu kejadian yang amat rumit. Pertama, lalat dengan seksama memeriksa alat-alat tubuh yang akan digunakan dalam penentuan arah terbang. Kemudian, lalat mengambil posisi siap terbang dengan menyesuaikan alat-alat penyeimbang di bagian depan. Terakhir, lalat memperhitungkan sudut tinggal landas, yang tergantung pada arah dan kecepatan angin, dengan menggunakan indera antenanya. Kemudian, lalat pun terbang. Dan hebatnya, semua ini terjadi dalam seperseratus detik.
Oleh karena itu, kita bisa memberinya gelar "raja terbang akrobat." Lalat dapat terbang dengan gerak zig-zag yang luar biasa di udara. Lalat bisa lepas landas secara tegak lurus dari tempatnya berdiri. Tak peduli betapa licin dan gelapnya permukaan, lalat bisa berhasil mendarat di mana pun.
Ciri lain raja sihir terbang ini adalah kemampuannya mendarat di loteng. Karena daya tarik bumi, lalat rumah tidak dapat berpegangan dan jatuh. Akan tetapi, lalat telah diciptakan dengan suatu sistem untuk menjadikan yang mustahil itu menjadi mungkin. Di ujung kaki-kakinya, ada bantalan sedot yang amat kecil. Di samping itu, bantalan ini menyebarkan cairan lengket ketika bersentuhan dengan suatu permukaan. Cairan lengket ini memungkinkannya tetap menempel ke loteng. Ketika mendekati loteng, lalat meregang kaki-kakinya ke depan dan segera ketika lalat merasakan sentuhan loteng, lalat pun terjun dan mencengkeram permukaan loteng. Lalat mempunyai dua buah sayap. Sayap-sayap ini, yang menyatu dengan tubuhnya di bagian tengah dan terdiri atas selaput yang amat tipis yang dipotong oleh pembuluh-pembuluh darah, bisa digerakkan secara terpisah satu sama lain. Akan tetapi, ketika terbang sayap-sayap tersebut bergerak maju mundur pada satu sumbu seperti halnya pesawat bersayap tunggal. Otot-ototnya yang memungkinkan pergerakan sayap-sayap itu mengerut saat lepas landas dan mengendur saat mendarat. Meskipun dikendalikan oleh saraf-saraf di awal penerbangan, otot-otot dan gerakan sayap ini menjadi bergerak sendiri tak lama setelahnya.
Sensor-sensor di bawah sayap dan di belakang kepalanya mengirimkan informasi tentang penerbangannya segera ke otaknya. Jika lalat rumah menghadapi aliran udara baru selama terbang, sensor-sensor ini segera mengirimkan sinyal-sinyal yang diperlukan otak. Otot-ototnya pun mulai mengarahkan sayap-sayap menurut keadaan baru tersebut. Itulah mengapa seekor lalat dapat menentukan serangga lain yang menciptakan aliran udara itu dan seringkali selalu bisa lari mengamankan diri. Lalat rumah menggerakkan sayap-sayapnya seratus kali dalam sedetik. Energi yang dikeluarkan selama terbang kira-kira seratus kali dari yang digunakan saat istirahat. Dari sudut pandang ini, kita bisa mengatakan bahwa lalat adalah makhluk yang sangat kuat karena metabolisme tubuh manusia hanya bisa menggunakan sepuluh kali energinya dalam keadan darurat jika dibandingkan keadaan hidup yang biasa. Di samping itu, manusia bisa mempertahankan pembebasan energi ini paling banyak hanya beberapa menit. Sebaliknya, lalat dapat mempertahankan irama itu hingga setengah jam dan bisa terbang hingga satu mil dengan kecepatan yang sama.
Keajaiban desain sayap
Seiring dengan perkembangan zaman dan majunya dunia ilmu pengetahuan, tampak jelaslah kebenaran hadits Nabi shallallahu ‘alahi wasallam tentang lalat. Dalam hal ini, dunia kedokteran berhasil membuktikan keilmiahan ucapan Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam itu.
Prof.DR.Amin Ridha menjelaskan beberapa poin tentang kenyataan tersebut, di antaranya, “… Ketiga, tidak benar kalau dikatakan bahwa dunia kedokteran belum pernah mengadakan pengobatan suatu penyakit dengan menggunakan lalat. Lalat pernah digunakan sebagai obat bagi penyakit borok menahun dan paru (Frambosia Tropica), yang terjadi pada 30 tahun pertama abad ke-20, sebelum struktur kimia sulfa ditemukan.
Untuk keperluan itu, lalat dipelihara secara khusus. Penemuan membuktikan bahwa lalat mengandung virus pembunuh kuman (bakterial). Dari penelitian itu ditemukan, bahwa lalat di samping membawa kuman-kuman penyakit, ia juga membawa bakterial yang membunuh kuman-kuman. Penelitian ini terhenti karena di saat yang bersamaan, ditemukan struktur kimia sulfa.
Keempat, Hadits tentang lalat menginformasikan adanya sejenis racun pada lalat. Kenyataan ini baru ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern dua abad belakangan. Sebelumnya, bisa jadi orang tidak mempercayai kebenaran hadits tentang lalat ini. Jika sudah ditemukan bahwa lalat selain membawa penyakit, ia juga mengandung bakterial pembunuh kuman, maka ada beberapa hal yang perlu diketahui:
Tidak benar, kuman yang dibawa lalat berbahaya dan menyebabkan berbagai penyakit.
Tidak benar, banyaknya kuman yang dibawa oleh lalat cukup untuk menimbulkan penyakit bagi orang yang menelan kuman itu.
Tidak benar, tubuh manusia dapat terhindar sama sekali dari semua kuman berbahaya. Kalau seandainya begitu, justru itulah yang sangat berbahaya bagi manusia. Sebab jika tubuh manusia berulang-ulang kemasukan kuman yang berbahaya dalam jumlah sedikit, maka kuman akan menjadi daya tahan terhadap kuman-kuman sejenisnya. Hadits tersebut memberikan informasi penting adanya kuman pada lalat, yang berlawanan dengan racun yang dibawanya. Ini membuktikan bahwa bakteri, virus dan kuman sejenisnya saling berperang dan saling mematikan; yang satu membunuh yang lain dengan jalan mengeluarkan zat beracun. Zat beracun ini yang kemudian digunakan sebagai bahan pengobatan yang lazim disebut antibiotika, seperti: Penicilin dan Cloromicitin. Dan ini bukan saja ada pada lalat, hampir semua binatang berbisa ternyata bisanya itu malah menjadi penyembuh, jika dijadikan sebagai obat. Segala sesuatu yang belum ditemukan dan belum diteliti oleh ilmu pengetahuan jangan diramalkan. Tetapi penelitian harus dilakukan selengkap dan sesempurna mungkin dan tidak boleh dihentikan. Oleh karena itu, merupakan tindakan yang salah jika tergesa-gesa menilai ketidakrasionalan hadits tentang lalat ini tanpa bukti dari hasil penelitian ilmiah modern.”
Perlu diketahui, lalat hinggap pada barang-barang yang dipenuhi kuman-kuman, yang dapat menim-bulkan berbagai macam penyakit. Sebagian kuman itu berpindah ke organ tubuh lalat, dan sebagian lainnya dimakan. Dari kuman-kuman ini terbentuk unsur toxine di dalam tubuhnya, yang menurut istilah medis disebut antibakteria. Dialah yang bertugas membunuh berbagai kuman penyakit. Kuman-kuman penyakit ini tidak mungkin bertahan hidup atau mempengaruhi tubuh manusia, selagi masih ada antibakteria, khususnya pada salah satu sayap lalat.
Karenanya, ia mampu mengarahkan bakteri ke arahnya, maka jika ada lalat yang jatuh pada makanan atau minuman, lalu kuman yang menempel pada sebagian organ tubuhnya berpindah ke makanan atau minuman, maka antibakteria yang juga dibawa lalat pada salah satu sayapnya akan bekerja membunuh kuman. Bila di sana ada penyakit, maka obatnya juga tidak akan jauh dari penyakit itu. Maka lalat tersebut dapat dibenamkan secara keseluruhan, baru kemudian dibuang. Hal ini sudah cukup untuk membunuh kuman yang dibawa lalat dan akan merusak kerja kuman tersebut. Selain itu, lalat bisa menyuburkan pembenihan kuman beberapa penyakit. Setelah beberapa saat kuman itu pun mati dan pengaruhnya tidak tampak. Kemudian dalam lalat itu terbentuk unsur yang membunuh kuman-kuman yang dinamakan anti-bakteria. Apabila inti lalat diletakkan pada larutan yang bersih, maka akan diketahui empat macam kuman yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, namun ada pula empat macam unsur yang mampu membunuh empat macam kuman itu, wallahu a’lam.

Rabu, 27 Oktober 2010

INTERNET SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN

Bagaimana pun juga, zaman sekarang ini, internet telah menjadi sebuah kebutuhan. Tentunya, bagi orang ingin memperluas jaringan silaturrahmi di dunia maya. Mereka yang pintar memanfaatkan segala macam wahana untuk berkomunikasi, berinteraksi, bahkan untuk keperluan studi adalah orang-orang yang secara tidak langsung telah menempatkan dirinya dalam arus perubahan menuju sebuah kemajuan dan keberhasilan di masa depan. Sebaliknya, orang-orang yang saat ini masih terbuai dengan nostalgia masa lalunya, tertidur dan tidak mau mengikuti arus perubahan, apalagi merasa alergi terhadap produk teknologi modern, maka dengan sendirinya ia akan ketinggalan zaman.

Oleh karena itu, maka internet -terlepas dari sisi negatifnya- merupakan bagian dari proses perubahan. Memang, ada banyak konten yang negatif di dunia maya. Berbagai hal yang berbau porno, krimininal, dan sebagainya dengan bebas tersebar luas di sana dan bisa diakses oleh siapa saja dan dimana saja. Akan tetapi, pada hakikat, sisi negatif dimana pun juga ada. Bahkan, di dunia nyata, di lingkungan kita sehari-hari, di dekat itu, semua itu tetap ada. Dan, hal ini adalah masalah filter dan kualitas taqwa pada diri masing-masing, bagaimana ia menempatkan dirinya dan memilih yang terbaik untuk masa depannya.

Internet sebagai bagian dari arus perubahan yang dapat mengubah kenyataan, ternyata juga dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran. Ada jutaan konten, kata, file, image, video, situs jejaring, media komunikasi, chatting, perpustakan maya, dan sebagainya yang semuanya dapat terangkum dalam internet. Masalahnya, dengan banyaknya pilihan itu, maka dalam proses pembelajaran yang dituntut efektif dan efisien, tentunya proses pencarian atau searching data/file/artikel/dsb dalam internet harus dilakukan secara efektif, cepat dan akurat.
Bagaimana caranya? klik beberapa tips searching internet untuk pembelajaran pada tautan di bawah ini
http://www.4shared.com/document/8ojwsk-E/Teknik-Searching-Efektif-Inter.html

KALIMAT EFEKTIF

KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima maksudnya/arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis /pembicara. Dengan kata lain kalimat efektif adalah kalimat yang menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar.

Ciri-Ciri Kalimat Efektif

1. Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara gagasan atau pikiran dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, yakni :
a. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas, ketidak jelasan subjek dan predikat suatu kalimat, tentu membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghidari pemakaian kata depan di, dalam, untuk, pada, dan sebagainya didepan subjek.
Contoh :
ü Bagi semua siswa madrasah ini harus membayar uang spp. (salah)
ü Semua siswa madrasah ini harus membayar uang spp. (benar)
b. Tidak terdapat subyek yang ganda.
Contoh :
ü Penyusunan makalah itu saya dibantu oleh para dosen
ü Masalah itu saya kurang jelas
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara :
ü Dalam menyusun makalah itu, saya dibantu oleh para dosen
ü Masalah itu bagi saya kurang jelas
c. Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh :
ü Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
ü Perusahaan jamu jago sudah memiliki surat izin departemen kesehatan. Sedangkan perusahaan jamu subur hanya memiliki surat izin usaha.

Kaliamat-kalimat ini dapat diperbaiki dengan :

ü Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
ü Perusahaan jamu jago sudah memiliki surat izin departemen kesehatan sedangkan perusahaan jamu subur hanya memiliki surat izin usaha.
d. Predikat kalimat tidak didahului kata yang.
Contoh :
ü Bahasa indonesia yang berasal dari bahasa melayu.
ü Kantor kami yang terletak didepan kampus UIN Malang.

Kalimat-kalimat ini dapat diperbaiki dengan :

ü Bahasa indonesia berasal dari bahasa melayu.
ü Kantor kami terletak didepan kampus UIN Malang.

2. Keparalelan
Yang dimaksud disini adalah istiqomah dalam bentuk kalimat. Artinya : kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat. Kalau bentuk pertama menggunakan nomina, maka bentuk yang kedua dan seterusnya harus menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama mengunakan verba, maka bentuk kedua dan seterusnya menggunakan verba.
Contoh :
ü Harga sembilan bahan pokok dibekukan dan kenaikan secara luwes.
ü Tahap terahir penyelesaian gedung UIN malang itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Keterangan :
kalimat pertama tidak ada kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terjadi dari bentuk yang berbeda, yaitu kata dibekukan dan kenaikan.

Kalimat ini dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan dengan kedua bentuk:

ü Harga sembilan bahan pokok dibekukan atau dinaikan secara luwes.
ü Tahap terakhir penyelesaian gedung UIN malang adalah kegiatan mengecatan tembok pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air,dan pengaturan tata ruang.


3. Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau ketegasan pada penonjolan itu, berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
a. Meletakkan kata yang ditonjolakan itu didepan kalimat (diawal kalimat)
Contoh :
ü President mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah : president mengharapkan

ü Harapan president ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya
Penekanannya ialah : harapan president
Jadi penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.

b. Membuat urutan kata yang logis
Contoh :
ü Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tapi berjuta juta rupiah ia telah mengeluarkan biaya untuk pendidikannya.
Seharusnya,
ü Bukan seribu, sejuta, atau seratus tetapi berjuta-juta rupiah ia telah mengeluarkan biaya untuk pendidikannya.

c. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh :
ü Anak itu tidak malas dan curang tetapi rajin dan jujur.

d. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan)
Contoh :
ü Saudaralah yang bertanggung jawab.

4. Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif ialah kalimat mempergunakan kata, frase, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang memperjelas kalimat. Penghematan disini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan :
a. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Contoh :
ü Karena PT Karisma sudah bangkrut, PT Karisma tidak bisa memproduksi arang lagi.
ü Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui president datang.
Perbaikannya adalah :
ü Karena sudah bangkrut, PT Karisma tidak bisa memproduksi barang lagi.
ü Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui president datang.

b. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
ü Kata merah sudah mencakupi kata warna.
ü Kata beringin sudah mencakupi kata pohon.
Contoh :
ü Ia memekai baju warna merah.
ü Didalam logo sebelah mana lambang pohon beringin itu harus diletakkan?
Dapat diubah,
ü Ia memakai baju merah.
ü Didalam logo sebelah mana lambang beringin itu harus diletakkan?

c. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Kata naik bersinonim dengan keatas.
Kata turun bersinonim dengan kebawah.
Kata hanya bersinonim dengan kata saja
Kata sejak bersinonim dengan kata dari
Perhatikan kalimat-kalimat dibawah ini
ü Dia hanya membawa badanya saja.
ü Sejak dari pagi bermenung.
Kalimat ini dapat diperbaiki,
ü Dia hanya membawa badannya.
ü Sejak pagi dia bermenung.


d. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Misalya :
Bentuk tidak baku Bentuk baku
Para tamu-tamu para tamu
Beberapa orang-orang beberapa orang

5. Kecermatan
Yang dimaksud cermat adalah kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata.
Perhatikan kalimat berikut.
a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
b. Baru berlayar mencapai jarak sekitar 50 m, ombak menerpa dan perahu itu mau karam.
Kalimat a) memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguruan tinggi.
Kalimat b) memiliki makna ganda, yaitu sengaja ingin tenggelam atau akan tenggelam.

Perhatikan kalimat berikut.
ü Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para mentri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan.

6. Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yan disampaikannya tidak terpecah-pecah. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berfikir yang tidak sistematis. Oleh karena itu, hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.

Kalimat yang padu menggunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat persona.
ü Makalah itu saya sudah revisi.
ü Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat diatas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk :
ü Makalah itu sudah saya revisi.
ü Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan
Kalimat yang padu idak perlu menyisipkan sebuah kata antara prediket kata kerja dan objek penderita.

Perhatikan kalimat ini :
ü Mereka membicarakan dari pada kehendak rakyat
ü Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya :
ü Mereka membicarakan kehendak rakyat.
ü Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.


7. Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan itu adalah ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Perhatikan kalimat dibawah ini :
ü Waktu dan tempat kami persilahkan.
ü Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan acara ini.


Kalimat ini tidak logis (tidak masuk akal). Yang logs adalah sebagai berikut.
ü Bapak zaim kami persilahkan.
ü Untuk menghemat waktu, kita teruskan acara ini.
Kelogisan sebuah kalimat ditandai pula oleh ejaan, seperti yang dibicarakan pada bab-bab terdahulu.




Artikel ini disusun guna memenuhi tugas Bahasa Indonesia PAI UIN malang

MEMBUAT "PENDAHULUAN MAKALAH"

PENDAHULUAN MAKALAH

Pendahuluan makalah merupakan bagian awal makalah yang memberikan gambaran umum tentang mengapa topik yang disajikan dalam makalah harus disajikan. Dengan kata lain, bagian pendahuluan menguraikan alasan penulis tentang topik yang ditulisnya. Selain mengemukakan alas an, bagian pendahuluan merupakan bagian pengantar yang untuk pembaca guna mengetahui alasan ataupun isi makalah secara keseluruhan.

Mengingat fungsi bagian pendahuluan makalah sebagai pengantar tentang topik tulisan dan sarana pengarang dalam menyampaikan alas an penulisan, menjadikan pendahuluan makalah memiliki bagian-bagian yang khusus. Bagian-bagian itu berkaitan dengan unsur pendukung pendahuluan makalah. Unsur atau komponen pendahuluan makalah adalah (1) latar belakang, (2) permasalahan/ rumusan masalah/ permasalahan, (3) tujuan penulisan, (4) manfaat penulisan makalah, dan (5) hipotesis (kesimpulan sementara terhadap suatu hal dan tidak harus ada). Berikut ini penjelasan unsur pendahuluan makalah.


A. Latar Belakang
Bagian latar belakang sebuah makalah berisi hal-hal yang melandasi perlunya topik dalam karangan ilmiah itu ditulis atau alas an penulisan yang dikaitkan dengan kenyataan. Bagian ini diharapkan mampu mengantarkan pembaca pada masalah atau topic yang dibahas dalam karya ilmiah dan menunjukkan bahwa masalah yang dibahas dalam karya ilmiah itu sangat penting.
Dalam bagian ini penulis diharapkan mampu mengemukakan sebab-sebab mengapa masalah yang dipersoalkan perlu diteliti dan ditulis (alas an penulis memilih topic/ judul tulisan). Dalam bagian latar belakang ini, penulis dapat mengemukakan hal-hal sebagai berikut:
1. Arti penting atau peranan topik pembicaraan.
2. Perlunya pembinaan/peningkatan di bidang topik yang dibicarakan itu
3. Perlunya masukan sebagai bahan pembinaan/ peningkatan di bidang topik pembicaraan
4. Perlunya penelitian dilakukan khususnya untuk manfaat praktisnya maupun untuk manfaat keilmuan/teori
5. Relevansi objek penelitian sebagai sumber data untuk dua segi kemanfaatan ilmu (praktis maupun teoritis
Sebuah bagian pendahuluan dapat disertai dengan beberapa buku acuan yang telah dibaca penulis khususnya tentang topik yang sama atau yang relevan dengan topik tulisan penulis. Dalam penyertaan itu, penulis perlu memberikan pembahasan khususnya informasi tentang perbedaan topik tulisan buku acuan dengan topik yang sedang ditulisnya. Bagian ini pun mencantumkan juga bagian-bagian yang akan dibahas dalam bab-bab berikutnya agar pembaca segera mengetahuinya secara sepintas lalu hal-hal apa saja yang akan diuraikan penulis.

B. Permasalahan/ Rumusan Masalah
Bagian rumusan masalah merupakan bagian yang akan dibahas dalam karya ilmiah, khususnya pada bagian isi. Bagian ini tidak terbatas pada permasalahan/ persoalan yang memerlukan pemecahan, tetapi juga mencakup persoalan yang memerlukan penjelasan lebih lanjut, persoalan yang memerlukan deskripsi lebih lanjut, atau persoalan yang memerlukan penegasan lebih lanjut.
Rumusan masalah harus disajikan dalam bentuk pertanyaan. Selain itu, rumusan masalah haruslah jelas, padat, singkat, dan mampu memberikan pancingan persoalan yang akan dikemukakan penulis berkaitan topik tulisan. Rumusan masalah pun dapat dirinci menjadi beberapa sub masalah yang spesifik. Untuk rumusan masalah yang pemecahannya dicari melalui penelitian, penulis pelu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Penulis perlu mengetahui kedudukan penelitian/ penulisan yang dilakukannya di antara penelitian/ penulisan lain yang sejenis.
2. Penulis benar-benar mampu menguraikan pertanyaan-pertanyaan yang menjadi topik permasalahan dan belum dijawab oleh peneliti lain.

C. Tujuan Penulisan/ Penelitian
Bagian tujuan penelitian atau penulisan disesuaikan dengan bagian rumusan permasalahan. Rumusan tujuan pun dapat dirinci seperti bagian rumusan masalah, yaitu menjadi sub bagian yang spesifik. Dalam rumusan tujuan ini, penulis perlu menguraikan tentang usaha-usaha dan hasil-hasil yang telah dicapai secara garis besar. Bagian tujuan penelitian/ penulisan berisi uraian tentang apa yang ingindicapai dengan penulisan karya ilmiah tersebut.
Perumusan tujuan penulisan karya ilmiah ini memiliki fungsi ganda, yaitu bagi penulis dan bagi pembaca. Fungsi rumusan tujuan penulisan bagi penulis adalah sebagai sarana untuk mengarahkan kegiatan yang harus dilakukan selanjutnya dalam menulis karangan ilmiah, khususnya dalam pengumpulan bahan tulisan. Fungsi rumusan tujuan bagi pembaca adalah sebagai sarana informasi tentang apa yang disampaikan penulis melalui karya ilmiah yang dibuatnya.
Rumusan kalimat yang dipergunakan untuk menguraikan tujuan penulisan berupa kalimat komplek. Rumusan ini pun dapat dinyatakan secara rinci.

Manfaat Penulisan
Bagian manfaat penulisan/ penelitian dapat diuraikan secara terpisah. Maksudnya, bagian manfaat dapat dinyatakan dari segi pratik/ kepentingan praktis, kepentingan keilmuan penulis/ si peneliti, dan untuk kepentingan kelompok atau instansi. Rumusan bagian manfaat ini dinyatakan dalam bentuk uraian berupa kalimat berita.

D. Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan yang berupa generalisasi tentatif/ sementara tentang suatu permasalahan yang belum tentu pasti kebenarannya. Hipotesis dapat dirumuskan secara jelas dan sederhana.

E. Sistematika penyajian
Pada bagian ini penulis memberikan gambaran urutan isi makalah yang disesuaikan dengan rumusan masalah. Bagian ini merupakan bagian pengantar uraian isi makalah. Bagian ini tidak selalu disusun dalam bab khusus, melainkan dapat dinyatakan dalam suatu paragraf singkat.

PENAMPILAN CITRA DIRI ULUL ALBAB

“MEMAHAMI KONSEP PENAMPILAN YANG SESUAI DENGAN CITRA ISLAM DAN UIN MALANG”

“Ana ‘inda dzanni ‘abdi bi” (Aku terserah pada suara hati hamba-Ku terhadap-Ku), demikian titah Allah dalam suatu Hadis Qudsi. Seorang motivator dalam ruang-ruang pelatihan kepribadian juga kala-kala berpepatah, you are what you think. Adagium “langit” dan “bumi” tersebut sekalipun tentu saja tidak sepadan, namun sama-sama mewasiatkan suatu pesan moral. Bahwa, hidup dan kehidupan seseorang akan sangat ditentukan oleh warna-warni fikiran dan perasaan yang merekat pada akal dan hatinya. Manakala ia berfikir positif, maka sebesar pemikiran positif itulah kenyataan hidup yang akan diperolehnya. Begitu pula, bilamana ia berjiwa besar, maka semulia perasaannya biduk kehidupan ini akan mengantarnya ke pelabuhan harapan.

Ketika kita sudah membahas suatu konsep, berarti kita akan masuk dalam pembahasan struktur, atau lebih tepatnya ciri-ciri bagaimana sebenarnya desain penampilan mahasiswa UIN malang yang meneguhkan “Ulul Albab” sebagai identitas dan karakter mahasiswanya.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.”

Dua ciri utama predikat Ulul Albab sebagaimana diisyaratkan dalam QS. Ali Imron: 190-191 diatas, tidak lain adalah kelembutan atau kehalusan hati dalam menghadirkan Allah dalam segala suasana (dzikir) serta kecermatan atau ketepatan dalam memikirkan segala ciptaan-Nya di langit dan bumi (fikir). Dalam lingkungan pendidikan di UIN Maliki Malang, kompetensi dasar ini kemudian dirumuskan menjadi empat kekuatan kesarjanaan, yaitu kekokohan akidah, keluhuran akhlak, keluasan ilmu, dan kematangan profesional. Kompentensi dasar ini sudahlah cukup bagi seorang mahasiswa sebagai pedoman hidupnya.

A. Proses pembentukan identitas
Identitas mahasiswa ulû al-albâb dapat dibentuk lewat proses pendidikan yang dipola sedemikian rupa. Pola pendidikan yang dimaksudkan itu ialah pendidikan yang mampu membangun iklim yang dimungkinkan tumbuh dan berkembangnya dzikr, fikr dan amal shaleh. Menyesuaikan dengan konteks Ke-Indonesia-an. untuk itu, sebenarnya bentuk riil pendidikan UIN Malang telah diformat sebagai penggabungan antara tradisi pesantren (ma`had) dan tradisi perguruan tinggi. Pesantren telah lama dikenal sebagai wahana yang berhasil melahirkan manusia-manusia yang mengedepankan dzikr, sedangkan perguruan tinggi dikenal mampu melahirkan manusia fikr dan selanjutnya atas dasar kedua kekuatan itu melahirkan manusia yang berakhlak mulia dengan selalu berkeinginan untuk beramal shaleh

Yang kedua dari proses pembentukan identitas yakni cara berbusana. Yakni, yang mencerminkan harkat dan derajat Islam yang amat agung dan tinggi. Menyangkut cara berpakaian, Islam sudah memberikan tuntunan yang jelas, wajib menutup aurat. Dosen, mahasiswa dan karyawan boleh menggunakan mode yang disenangi, tetapi selalu dilarang menyimpang dari norma yang digariskan oleh ajaran Islam. Menampakkan aurat, baik secara terang-terangan atau tersamar (berpakaian terlalu ketat), harus dihindari oleh seluruh komunitas kampus Islam ini.



A. Standard keberhasilan
Standard keberhasilan desain penampilan ulul albab, sebenarnya kembali lagi pada kompetensi dasar yang telah kami sebutkan tadi. Yakni :

1. Berilmu pengetahuan yang luas.
Dalam hal ini Imam Syafi’i membagi dalam dua bagian, yakni ilmu umum dan ilmu khusus, ilmu umum adalah ilmu yang harus diketahui oleh umat islam. Ilmu seperti ini termasuk ilmu dasar, seperti sholat, puasa, haji, zakat, larangan zina, bunuh diri, mencuri dan miras. Sedangkan ilmu khusus adalah ilmu yang beraitan dengan perincian-perincian dari kewajiban pokok yang tidak disebutkan secara jelas dalam alquran dan hadist.

2. Mempunyai pengelihatan yang tajam.
Pengelihatan yang tajam akan mampu memberikan informasi yang benar tentang segala hal, sehingga dengan itu mahasiswa mampu mengevaluasi, menganalisis, dan membedakan informasi yang baik dan buruk, benar dan salah, haq dan bathil, yang selanjutnya ia akan memilih yang baik untuk dikerjakan, memilih yang benar untuk diikuti, dan memilih yang haq untuk dibela.

3. Memiliki otak yang cerdas.
Otak yang cerdas, secara akademik barangkali diukur dengan nilai indeks prestasi (IP) yang diperoleh, tetapi dalam perilaku sehari-hari diukur dengan bagaimana ia dapat mengidentifikasi persoalan yang dihadapi.

4. berhati lembut.
Yakni hati yang dapat menerima kebenaran yang datang dari Allah SWT, sebab Al Qur’an menggambarkan ada kalbu yang keras yang menolak petunjuk (hidayah) Allah SWT.

5. bersemangat juang tinggi karena Allah.
Semangat tinggi mempunyai pengertian bahwa dalam menumpuh studi dan kehidupannya, mahasiswa diharapkan mempunyai dasar jihad, yaitu semangat yang tinggi yang dilakukan dengan sekuat tenaga hingga mencapai puncak kekuatan dan kemampuan.

Jika kelima kekuatan ini berhasil dimiliki oleh warga di kampus ini, artinya pendidikan ulû al-albâb sudah dipandang berhasil. Sebab, dengan ciri-ciri itu seseorang diharapkan akan memiliki kekokohan akidah dan kedalaman spiritual, keagungan akhlak, keluasan ilmu dan kematangan profesional.

Tetapi kalau kita memahami lebih dalam lagi, Sebenarnya semua itu akan terjawab dengan hanya mengoptimalkan satu prinsip yakni ihsan, Dalam satu pengertian yang sederhana, ulama mengartikan Ihsan itu dengan fi’lul khairat li jami’il makhluqat (berbuat baik kepada semua ciptaan Allah). Persoalannya kemudian terletak pada tingkat kemauan kita untuk memahami, menghayati, dan melaksanakan makna-makna Ihsan itu dalam kehidupan bersama. Itulah sebabnya cita-cita Tarbiyah Ulul Albab dirumuskan di UIN Maliki Malang ini agar dapat memandu kita semua dalam mewujudkan makna Ihsan tersebut di tengah-tengah kemajemukan masyarakat. Kemampuan menjalin hubungan baik dengan siapapun dan apapun ini merupakan salah satu indikasi kecerdasan emosi seseorang, yang sejak lama telah menjadi kriteria utama bagi dunia kerja dalam merekrut SDM-nya. wallahu a'lam bisshowab.

Apa E-Learning itu?

Apa sih e-learning itu? Apakah perbedaan antara e-learning dengan pendidikan konvensional? Untuk menjawab ini, banyak pakar yang menguraikan definisi e-learning dari berbagai sudut pandang. Definisi yang sering digunakan banyak pihak adalah sebagai berikut.


a. E-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain [Hartley, 2001].
b. E-learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media internet, jaringan komputer, maupun komputer standalone[LearnFrame.Com, 2001].
c. E-learning adalah semua yang mencakup pemanfaatan komputer dalam menunjang peningkatan kualitas pembelajaran, termasuk di dalamnya penggunaan mobile technologies seperti PDA dan MP3players. Juga penggunaan teaching materials berbasis web dan hypermedia, multimedia CD-ROM atau web sites, forum diskusi, perangkat lunak kolaboratif, e-mail, blogs, wikis, computer aided assessment, animasi pendidkan, simulasi, permainan, perangkat lunak manajemen pembelajaran, electronic voting systems, dan lain-lain. Juga dapat berupa kombinasi dari penggunaan media yang berbeda [Thomas Toth, 2003; Athabasca University, Wikipedia].

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar dapat disebut sebagai suatu e-learning.

Keuntungan menggunakan e-learning diantaranya :
menghemat waktu proses belajar mengajar,
mengurangi biaya perjalanan,
menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan, buku),
menjangkau wilayah geografis yang lebih luas
melatih pelajar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.
Untuk menyampaikan pembelajaran, e-learning selalu diidentikkan dengan penggunaan internet. Namun sebenarnya media penyampaian sangat beragam dari internet, intranet, cd, dvd, mp3, PDA, dan lain-lain. Penggunaan teknologi internet pada e-learning umumnya dengan pertimbangan memiliki jangkauan yang luas. Ada juga beberapa lembaga pendidikan dan perusahaan yang menggunakan jaringan intranet sebagai media e-learning sehingga biaya yang disiapkan relatif lebih murah.


PERBEDAAN E-LEARNING dan KONVENSIONAL
Konvensional :
Pembelajaran tergantung kepada kemampuan pengajar
Sumber belajar terpusat di sekolah
Pengajar sebagai sumber ilmu
Belajar terkendalah masalah ekonomi, jarak, ruang dan waktu
Perlu sarana dan prasarana belajar yang memadai serta sdm pengajar yang memahami benar setiap ilmu yang diajarkan.

e-Learning :
Pembelajaran tidak tergantung kepada pengajar
Sumber belajar banyak tersedia dan mudah diakses
Pengajar hanya sebagai mediator atau pembimbing
Belajar dapat dilakukan kapan dan dimanapun tanpa terkendala ruang dan waktu
Perlu kesiapan kebijakan, infrastruktur dan sdm pengguna IT.

Jumat, 22 Oktober 2010

Manfaaat TIK dalam pembelajaran


   Teknologi Informasi dan Komunikasi atau yang disingkat dengan TIK merupakan fenomena yang tampaknya terkesan baru dan modern. Bila kita mendengar kata TIK, maka pikiran kita langsung melayang dan membayangkan perangkat keras yang canggih semisal Laptop, Komputer, PDA, Smartphone, HP, Perpustakaan Digital, Website, dan sebagainya. Apakah memang benar demikian, bahwa teknologi informasi dan komunikasi hanya terbatas pada produk-produk modern? Tentu tidak, sebab TIK tidak hanya terikat dengan hal itu.

Bila demikian, apa sebenarnya definisi TIK tersebut? Bisakah ia dimanfaatkan dalam pembelajaran? Seberapa besar manfaatnya dan bagaimana mengimplementasikan TIK tersebut dalam proses belajar mengajar?
Untuk menjawab ini, silahkan klik tautan dibawah ini dan download. Selamat membaca dan semoga bermanfaat!

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More